PENANTIAN panjang itu akhirnya berakhir. Melalui empat atlet equestrian (berkuda) yaitu Larasati Gading, Ferry Wahyu H, Djolfi Momongan, dan Alvaro Menayang, berhasil mengibarkan bendera Merah Putih setelah meraih medali emas nomor dressage team (tunggang serasi beregu) di Arthayasa Stable, Cinere, Depok, Kamis (17/11).
Pada perlombaan yang berlangsung dalam cuaca mendung itu, kuarter Indonesia sukses mengumpulkan nilai total tertinggi 204.497. Medali perak direbut Thailand (Pannanya Traothong, Nitipat Ngao-osa, Suwat Boonlue, Pakinee Pantapa Chamswad) dengan nilai 164.758, sementara perunggu direbut tim Myanmar (Ei Thet Mon, Than Hlaing, Aung Thu Tun) dengan nilai 164.162.
Sukses ini disambut suka cita oleh penonton dan segenap Kontingen Indonesia yang menyaksikan perlombaan dressage team, termasuk Ketua Umum KON/KOI Rita Subowo. Maklum, ini adalah emas pertama Indonesia di cabang equestrian, sejak cabang ini dilombakan pada SEA Games 2001 di Kualalumpur.
Menanggapi keberhasilan meraih emas ini, atlet favorit Indonesia Larasati Gading mengatakan, keberhasilan ini merupakan keberhasilan Indonesia. Menurutnya, hasil ini merupakan hasil latihan keras dari seluruh tim, baik itu atlet, Federasi Equestrian of Indonesia (EFI), masyarakat Indonesia, dan juga para pelatih dan perawat kuda.
“Ini adalah sukses bersama. Saya bersyukur akhirnya mampu mempersembahkan emas buat Indonesia. Jujur sebelum perlombaan, beban kami sangat berat. Berbeda saat bermain di luar negeri, kali ini kami merasa semua mata tertuju ke sini. Kami harus bisa menjawab itu dengan hasil maksimal. Hari ini kami mampu berbuat yang terbaik dan kami persembahkan emas ini untuk bangsa Indonesia,” papar Larasati Gading.
Menurut model nomor satu Indonesia ini, emas ini adalah emas pertama sejak ia berlaga di SEA Games 2001 di Kualalumpur dan meraih medali perunggu. Sementara pada SEA Games 2007, Larasati mampu meraih medali emas di nomor dressage individual. “Makanya medali emas ini sangat berarti bagi saya dan seluruh tim. Semoga ini akan menjadi awal sukses kami dan bisa kembali meraih medali emas lainnya di nomor-nomor lainnya,” tandas Larasati yang menunggang kuda Wallenstein 145.
Sebelumnya, di lanjutan nomor eventing yang melombakan nomor eventing cross country individual, Thailand masih memimpin dengan menempatkan Promton Kingwan dengan kuda Val3 di urutan teratas dengan nilai total dari dua nomor yang dilombakan adalah 51.40. Indonesia melalui Ardi Hapsoro dengan kuda Autum Spirit 2 di urutan kedua dengan nilai total 53.50, diikuti Supap Khaw-Ngam (Thailand) dengan kuda Ardbohill Lad dengan nilai 57.00, sementara peringkat keempat dan lima ditempati atlet Indonesia Anto Budianto (57.50) dan Albert Pelealu (61.50).
Namun hasil itu mendapat protes dari kubu Indonesia. Menurut Ketua Umum EFI Irvan Gading, saat lomba cross country, pijakan kaki Promton Kingwan terjatuh. Sesuai peraturan, seharusnya ia didiskualifikasi atau nilainya dikurangi 1000. “Ada saksi mata yang melihat kejadian itu. Menurut saksi itu, pijakan kaki Promton jatuh dan dibantu salah seorang petugas untuk memasang kembali. Dalam peraturan, bila itu jatuh, harus diambil sendiri, tetapi itu tidak mungkin,” tegas Irvan.
Atas kejadian itu, kubu Indonesia pun langsung melayangkan banding. Namun karena dua orang technical delegate dari EFI tidak ada ditempat, banding itu telah dilayangkan langsung ke kantor pusat EFI di Swiss.
“Kalau protes dan banding kami diterima, peluang kita meraih emas lebih terbuka lebar. Tetapi kalau pun bandingnya ditolak, peluang kita masih tetap besar, karena selisih Ardi Hapsoro dengan Promton h anya dua poin. Tinggal bagaimana besok perlombaan di nomor terakhir jumping,” tandas Irvan. Pada hari ketiga cabang equestrian, Jumat (18/11), akan memperebutkan dua medali emas yaitu eventing dan individual jumping. Jordan