Sporty Magazine official website | Members area : Register | Sign in

Komitmen Tanpa Batas dari Japfa

Kamis, 01 Mei 2014

Share this history on :
TAK banyak perusahaan baik swasta maupun BUMN yang tetap kontiniu, konsisten dan berkesinambungan untuk ambil bagian mensponsori dunia olahraga Indonesia. Berbagai alasan menjadi pertimbangan. Salah satu misalnya out put yang dihasilkan tak sesuai harapan. Seperti harapan setiap perusahaan besar adalah jika terjun menjadi sponsor dapat mendongkrak omzet penjualan produknya. Selain itu prestasi atletnya juga menjadi harapan mereka. Sebab kedepannya bukan tak mungkin pencapaian prestasi atlet ikut mendongkrak popularitas si atlet. Yang pada akhirnya akan menjadi peluang besar bagi bagi sponsor untuk menjadikan si atlet sebagai ikon (bintang).

Ini jelas sebuah peluang besar di dunia bisnis, betapa tidak, jika ikon dengan prestasi yang membanggakan secara otomatis ia akan menjadi publik figur . Dan dikenal di kalangan masyarakat baik lapisan bawah hingga atas. Baik kalangan anak kecil, dewasa hingga kaum orang tua. Jika ini sudah terjadi maka akan menjadi keuntungan besar bagi para sponsor.

Namun jujur harus diakui hanya beberapa cabang olahraga (cabor) yang menjadi tujuan pihak sponsor. Sebab harus diakui bahwa bisa dihitung dengan jari cabor yang mempunyai prestasi. Sebut misalnya bulu tangkis, olahraga tepok bulu ini sudah menghasilkan segudang prestasi baik dari ajang single event maupun multi event seperti emas olimpiade. Sedikit ada perbedaan dengan sepakbola Indonesia yang prestasinya tertatih tatih jangan kan lolos di ajang Piala Dunia. Juara tingkat ASEAN seperti ajang SEA Games sangat sulit. Indonesia hanya mampu membawa pulang medali emas pada tahun 1987 dan 1997 dari puluhan kali mengikuti ajang pentas olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara itu.

Dua SEA Games terakhir Tim Merah –Putih dipermalukan Malaysia di Palembang 2011 dan dikalahkan Tim Gajah Putih (Thailand) di Myanmar 2013 lalu. Bandingkan dengan catur sungguh sangat berbeda. Kendati di SEA Games Palembang-Jakarta 2011 Indonesia hanya berhasil meraih satu keping emas. Namun di SEA Games berikutnya di Myanmar 2013 lalu, Catur salah satu cabor yang terbilang sukses ditengah terpuruknya prestasi olahraga kita di ajang SEA Games. Tak ada yang menduga kita bakal meraih 5 keping emas. Pencapain yang luar biasa mampu melebihi target. Masih di tahun 2013 kembali kabar gembira sebelumnya datang dari catur. Saat Medina Warda Aulia berhasil meraih gelar WGM, ia menjadi wanita kedua di Indonesia setelah kompatriot dan seniornya WGM Irene Kharisma Sukandar.

Sukses catur di SEA Games itu mendapat pujian dari Ketum KONI Pusat Tono Suratman saat membuka JCF pada Senin (21/April) lalu. Tono meyatakan prestasi catur Indonesia sudah mendunia, itu artinya para pecatur kita sudah selevel pecatur tingkat dunia. Tono coba memperpancang singkatan dari CATUR. Ia menyatakan seorang pecatur harus memiliki sifat cepat, akurat, tekun, ulet, dan rajin yang disingkat menjadi Catur. Namun itu tak cukup, sebab prestasi catur tak terlepas dari dukungan sponsor baik dari pemerintah maupun swasta. Dan itu memerlukan proses yang sangat panjang dan dana yang cukup besar.

Hasil itu tak terlepas dari pola pembinaan berjenjang. Program yang tertata apik. Dimana PB Percasi selaku induk olahraga asah otak itu menyiapkan beberapa turnamen sebagai kompetisi di tanah air, yang masuk dalam kategori try-in. Sedangkan try-outnya mengikuti beberapa turnamen berkelas di luar negeri. Tentunya kegiatan ini tak terlepas dari dukungan semua pihak, terutama sponsor.
Sepak bola memang unik tak mempunyai prestasi namun kerab dilirik sponsor. Pertimbangannya adalah olahraga yang satu ini sudah menjadi bagian olahraga semua kalangan masyarakat. Pada umumnya penonton hanya melihat skor akhir, namun ada sebahagian kalangan melihat jalnnya pertandingannya. Pandangan yang bertolak belakang itulah membuat Stadion sepak bola terisi penuh. Nah di sini peluang sponsor menebar slogan dan jarkon agar barang dagangannya dikenal masyarakat. Pemandangan itu hanya terjadi di dunia sepak bola, Di cabor lain sangat sulit rasanya terjadi. Intinya berbisnis di olahraga Indonesia belum menjadi harapan besar bagi sponsor.

Berbeda halnya dengan PT Japfa Comfeed tbk yang tak pernah berpikir nir laba dalam menggelar event. Perusahaan makanan siap saji ini secara konsisten dan kontiniu menggelar ajang JAPFA Chess Festival (JCF) bahkan tahun ini sudah memasuki usia kesembilan. Tentunya jelas selalu ada peningkatan. Baik dari segi jumlah total hadiah maupun jumlah nomor (kelas) yang dipertandingakan. Sehingga jumlah pecatur setiap tahunnya mengalami peningkatan secara signifikan. Baik pecatur dalam negeri maupun pecatur luar negeri. Bahkan diajang JCF 2014 kali ini mengundang sebanyak enam pecatur asing yang memilii elo rating cukup tinggi. Itu artinya pecatur mancanegara yang tampil bukan pecatur ayam sayur namun mereka yang mempunyai prestasi mendunia. Mereka adalah GM Sergey Tiviakov (Belanda, 2651), GM Suat Atalik (Turki, 2562), IM Nguyen Hunh Minh Huy (Vietnam, 2474), IM Kirill Kuderinov (Kazakhstan, 2448), dan IM Rolando Nolte (Filipina). Serta seorang pecatur Wanita WGM Ticia Gara (2336) dari Hungaria yang melakoni Dwi Tarung Putri melawan WGM Medina Warda Aulia (2332). Kedua pecatur putri ini harus rela berbagi hadiah, sebab dengan skor akhir 3-3. Berarti terjadilah juara bersama (kembar). Dari awal partai Medina kerab unggul hingga babak ketiga. Babak keempat dan kelima ganti Ticia mengungguli Medina, namun di babak keenam Medina tampil luar biasa, walau memainkan buah hitam, Medina sanggup merobohkan raja lawan, sehingga skor akhir 3-3.

Akan halnya GM Sergey Tiviakov, pemilik elo rating 2651. Dengan elo rating yang cukup tinggi itu bisa disebut ia masuk dalam kelompok Grand Master Super. Sehingga Tiviakov pun diunggulkan menjuari kelompok Grand Master pada pentas 9th JAPFA Chess Festival 2014. Prediksi itu tak meleset, ia memang akhirnya keluar sebagai juara./ Yang berakhir pada Jumat (25/4/2014), di Gedung Serbaguna Senayan, Jakarta lalu Bukan berarti para pecatur kita yang tampil di nomor ini seperti GM Cerdas Barus, MI Danny Juswanto, IM Dede Liu dan IM Tirta Chandra serta dua pecatur masa depan kita IM Farid Firmasnyah dan FM Muhamad Lutfi tak memberikan perlawanan. Mereka sudah tampil maksimal. Namun apa mau dikata ternyata lawan tampil lebih baik. Jujur harus diakui kelas Tiviakov, Nguyen Han dan Suat Atalik masih satu tingkat di atas pecatur Indonesia.
Harapan kita gantungkan pada dua pecatur muda kita yakni Farid dan Lutfi. Strategi PB Percasi untuk menempatkan mereka masuk dalam pertarungan itu sangat jitu. Namun dua pecatur muda ini masih kalah mumpuni. Ya dua pecatur itu memang kini tengah diasah untuk menambah jam terbang agar pengalaman bertanding mereka lebih banyak. Sebab keduanya masuk dalam skuad Tim Olimpiade Catur. PB Percasi berharap agar kedua pecatur itu mampu mengangkat prestasi di ajang single event Olimpiade Catur yang akan berlangsung di Tromso, Norwegia pada 1-15 Agustus 2014 mendatang.
Seperti kita ketahui di Olimpiade Catur Turki 2012 lalu Tim Putri yang diperkuat Medina Warda Aulia, Chelsea Monica Sihite, Dewi AA Citra, Aay Aisah dan Ummi Fisabilillah menduduki peringkat 24 dunia.. Sedangkan Tim Putra yang bermaterikan GM Susanto Megaranto, Farid Firmansyah, M Luthfi Ali, Taufik Halay dan Tirta Chandra adalah urutan 73 dunia. Pencapaian itu sungguh hasil yang bertolak belakang. Tim Putri kendati tak diperkuat pecatur terbaik Indonesia WGM Irene namun berhasil meraih perbaikan peringkat yang sangat luar biasa Srikandi-srikandi Indonesia tampil beringas. Bahkan beberapa partai terakhir sanggup menahan laju tim unggulan. Berbanding terbalik dengan Tim Putra, Susanto dkk meraih hasil yang kurang menggembirakan mereka finis diurutan ke73 hasil itu diluar perhitungan.
Tak ingin tergelincir lagi PB Per asi benar-benar menyiapkan Tim Putra yang lebih solid. Diperkirakan masih bermaterikan Susanto, Farid dan Lutfi. Dua pecatur muda ini terus diasah kemampuannya. Termasuk mengikuti ajang JCF 2014 lalu. PB Percasi sudah menargetkan untuk tim putra masuk dalam 30 besar. Sedangkan Tim Putri berusaha menyodok menembus 10 besar.

Menurut Wakil Ketua Umum Percasi GM Utut Adianto Percasi sangat serius menyiapkan Tim Olimpade Catur terutama dibagian putra. Langkah ini untuk menggejar target masuk 30 besar. Sehingga memberikan kesempatan yang sebanyak-banyak bagike dua pecatur muda kita. “Mereka masih muda, semangat bertanding mereka sangat luar biasa. Kami memberikan kesempatan kepada mereka. Sebab potensi kedua cukup besar menjadi pecatur andal,” kata Utut yang terpilih kembali menjadi Anggota DPR RI hasil Pileg 9 April lalu.

Namun ada yang perlu digaris bawahi mengenai keduanya, jika melihat hasil dari JCF 2014 lalu, yakni jika mereka bertemu sesama pecatur Indonesia rasa sungkan itu sangat kental. Jarang sekali pecatur Indonesia tampil fight. Keduanya kerab bermain aman tanpa mau mengambil resiko. Sehingga hasilnya sudah ditebak, bahwa partai akan berakhir remis. Ini akan menjadi kerugian bagi pecatur yang memiliki poin lebih tinggi dari lawannya. Mungkin kalau Farid dan Lutfi tampil figth salah satu dari keduanya bisa masuk tiga besar di kelompok Grand Master Tournament. Tapi berbeda halnya jika melawan pecatur luar, apa lagi berhadapan dengan pecatur unggulan, mereka tampil tanpa mengenal kata menyerah.

Kembali ke ajang Japfa Chess Festival (JCF) 2014 bahwa delapan tahun penyelenggaraan sebelumnya tak pernah menggelar dua event yang berkelas internasional. Ini lah kali pertama di penyelenggaraan kesembilan. Kedepannya mungkin ajang JCF akan memperbanyak nomor (kategori) kelompok umur (KU). Memang sudah ada nomor di KU namun jaraknya sangat jauh mungkin. Idealnya dibuatt KU-6, KU-8, KU-10 dan seterusnya dengan perbedaan usia dua tahun. Sebab selama ini kategorinya perbedaan usia adalah empat tahun.

Sebab harus diakui membina atlet dari usia dini harus memulai dari bawah. Artinya dari tingkat pemula. Jika mereka pun diikutkan harus diatur jarak usia, ya idealnya jaraknya dua tahun. Sehingga semua lapisan akan merasakan aroma nikmatnya bermain di kancah JCF yang sudah menjadi kalender tetap Percasi. Dan pecatur daerah pun mempunyai kesempatan yang sama untuk memburu hadiah. Hadiah memang bukan tujuan utama bagi pecatur pemula, namun prestasi yang ditorehkan akan membawa nama daerah dan nama baik keluarga mereka.

PT Japfa Comfeed Tbk sudah memberikan yang terbaik selama Sembilan tahun bagi dunia catur di tanah air. Tanpa pernah berharap pamrih alias keuntungan. Ini sebuah komitmen dari Japfa. Jika diibaratkan antara Japfa dan Percasi tak ubahnya seperti sepasang kekasih. Kedua saling mengisi kekurangan masing-masing. Semoga niatan baik dari pasangan Percasi ini akan diikuti perusahaan swasta lainnya. Yang mau berkorban tanpa pamrih. Bravo Japfa dan Percasi. Sukses buat kita semua. Gens Una Sumus. Penulis Joko Hambardan (Jordan)



Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : wartaolahraga@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...