Tes yang dilakukan selama empat hari, terlihat banyak atlet yang cepat kelelahan. Bahkan, ada beberapa atlet yang pingsan saat tes. Ketua Satlak Prima (Kasatlak Prima), rata-rata atlet Indonesia belum memenuhi 12 level corstability. Otot besar para atlet yang menjadi pusat gerakan masih lemah. Inilah yang harus diperbaiki.
“Ini baru tes awal tapi dengan menerapkan pola seperti ini terlihat defisit performa para atlet. Intinya dalam tes ini, yang sudah lulus akan melanjutkan program latihannya sedangkan yang belum ya harus masuk ‘bengkel’ dulu untuk diperbaiki,” ucapnya. Tjipto mengatakan masalah fisik ini harus beres Agustus mendatang. Sebab, pada bulan tersebut, Indonesia sudah memasuki masa persiapan SEA Games XXVIII/2017 Kuala Lumpur, Malaysia.
Sementara itu Deputi IV bidang peningkatan prestasi olahraga Kementeriam Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Gatot S Dewa Broto mengatakan, SEA Games hanya sasaran antara. Sebab, target terbesar adalah Asian Games XVIII/2018 di mana Indonesia menjadi tuan rumah.
Menurutnya, persiapan serius Asian Games yang baru dilakukan dua tahun sebelum multievent kurang ideal. Sebab di negara lain, persiapan bisa dilakukan lima hingga tujuh tahun. Namun ia optimistis Indonesia mampu mengejar. “Fisik atlet yang masih bolong-bolong ini harus bisa diperbaiki. Kami jelas wajib punya prestasi bagus di SEA Games lalu dilanjutkan Asian Games,” katanya. Jordan