JAKARTA-Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PB.PTMSI) Peter Layardi Lay menegaskan bahwa tidak ada lagi dualisme di tubuh PTMSI.
Pasalnya yang menjadi pedoman utama nya adal sejak Munaslub bersama pada 2018 yang mengantarkan Datok Sri Tahir yang diperkuat oleh peraturan Menpora Nomor 61 tahun 2014 yang menyebutkan KONI Pusat sebagai penyelenggara Bidang Olahraga.
"Jadi pedoman utama nya itu dan tentu semua pihak harus mematuhi nya. Termasuk putusan Mahkamah Agung nomor 274 K/TUN/2015 tertanggal 10 Agustus 2015,"kata Peter. Seperti diketahui polemik PTMSI ini sudah berlangsung sejak 2011 sampai memunculkan tigalisme.
Peter Layardi Lay sendiri adalah Ketua Umum PB.PTMSI berdasarkan SK KONI Pusat nomor 53 tahun 2019 dan SK nomor 105 tahun 2019 tentang Pergantian Antar Waktu (PAW) untuk masa bakti 2018-2022.
Keberadaan PB.PTMSI mengalami gangguan karena ada pengakuan dari Oegroseno sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PP.PTMSI).
PB.PTMSI pimpinan Peter Layardi Lay pun melalui kuasa hukumnya Yulius Lende Umbumoto SH melakukan gugatan ke Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat terhadap Oegroseno yang masih mengklaim sebagai Ketua Umum PP.PMSI.
Menurut Yulius, Oegroseno sudah melakukan perbuatan melawan hukum dan itu bisa masuk pada ranah pidana.
"Yang kami harapkan dari Pak Oegroseno adalah jiwa besarnya untuk mengakui PB.PTMSI sebagai organisasi tenis meja Indonesia yang sah.Kalau Pak Oegroseno cinta tenis meja Indonesia, semestinya legowo,"kata Yulius.
Dampak dari polemik ini, seperti dikatakan Peter Layardi Lay, pembinaan atlet terbengkalai.Pengprov pun menjadi bingung.
Namun sekarang, Peter Layardi sudah melakukan konsolidasi ke seluruh daerah dan puji syukur sudah mulai ada kegairahan baru. (Olii)