Sporty Magazine official website | Members area : Register | Sign in

SCUA dan Museum Catur Indonesia Terima Penghargaan dari MURI

Selasa, 23 September 2025

Share this history on :

Ket foto; Pendiri SCUA sekaligus Pembina PB Percasi, Ir. Eka Putra Wirya, di Gedung Jaya Suprana Institute, Kelapa Gading, Jakarta, Senin (22/9/2025).

Bekasi- Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA) dan Museum Catur Indonesia resmi menerima penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai sekolah dan museum catur pertama di Indonesia. Penyerahan piagam penghargaan dilakukan langsung oleh pendiri MURI, Jaya Suprana, kepada pendiri SCUA sekaligus Pembina PB Percasi, Ir. Eka Putra Wirya, di Gedung Jaya Suprana Institute, Kelapa Gading, Jakarta, Senin (22/9/2025).

Penghargaan ini diberikan atas inisiatif Eka Putra Wirya bersama Grand Master (GM) Utut Adianto dan tokoh-tokoh catur lainnya yang telah menggagas berdirinya lembaga pendidikan dan museum khusus catur, yang menjadi pionir di Indonesia.

“Saya sangat mengapresiasi kolaborasi luar biasa dari Pak Eka, GM Utut Adianto, serta jajaran pengurus yang telah membangun sejarah baru dalam dunia catur nasional,” ujar Jaya Suprana dalam sambutannya.

Usai menerima penghargaan, Eka Putra Wirya menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas pengakuan dari MURI. Menurutnya, pencapaian ini menjadi penyemangat bagi dirinya dan seluruh tim SCUA untuk terus mengembangkan pembinaan catur di Indonesia.


“Penghargaan ini bukan sesuatu yang kami kejar, karena kami melakukan ini semua dengan cinta. Kami mencintai catur, dan kami ingin melihat catur Indonesia maju,” ujar Eka yang didampingi Kepala Sekolah SCUA Lisa Lumondong, dan Sekjen PB Percasi Hendri Hendratno.

Lebih jauh, Eka menegaskan bahwa kecintaan terhadap catur telah menjadi motivasi utama dalam perjuangannya selama puluhan tahun membina atlet-atlet muda. Ia bahkan menyebut kecintaannya bersama GM Utut Adianto dan Kristianus Liem sebagai “cinta mati” terhadap catur.

“Saya punya mimpi suatu hari Indonesia bisa melahirkan juara dunia catur. Saya yakin, dengan pembinaan yang tepat dan dukungan keluarga, kita bisa mencapainya,” ujarnya optimistis.

Meski telah banyak berkontribusi secara moril maupun materil, Eka mengaku tidak pernah merasa terbebani. Menurutnya, semua pengorbanan itu terasa ringan karena dilandasi cinta.

“Kalau sudah cinta, keluar uang juga terasa enak. Ini semua saya jalani karena kecintaan saya terhadap catur,” tandasnya.

SCUA dan Museum Catur Indonesia bukan satu-satunya kontribusi Eka bagi dunia catur. Ia juga aktif mengajak institusi pendidikan, seperti BPK PENABUR, untuk menggelar turnamen pelajar bertaraf nasional hingga internasional.

Selain itu, SCUA Bekasi kini secara rutin menyelenggarakan program Chess Fun Night setiap dua minggu sekali di Cafe Tutur, sebagai sarana memperkenalkan catur dengan cara menyenangkan kepada anak-anak.

“Kami ingin anak-anak senang dulu. Kalau sudah senang, ilmunya akan lebih mudah masuk. Itulah konsep kami dalam mengenalkan catur kepada generasi muda,” jelasnya.

Menurut Eka, tantangan utama pembinaan catur di Indonesia bukan pada jumlah pemain, melainkan pada proses pembinaan yang konsisten dan dukungan lingkungan yang positif.

“Pemain catur di Indonesia sangat banyak. Tinggal bagaimana mereka dibina dengan baik, di lingkungan yang baik, dan mendapat dukungan dari orang tua. Kalau itu semua berjalan, saya yakin hasilnya akan luar biasa,” pungkasnya.

Selain SCUA dan Museum Catur Indonesia, MURI juga memberikan penghargaan kepada sejumlah tokoh dan lembaga inspiratif lainnya, di antaranya Ketua Umum Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI) Dr. H. Rahmat Shah dan penyanyi keroncong Sundari Untinasih Soekotjo. (Jordan

Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : wartaolahraga@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...