
KONGRESPerhelatan PSSI pertama dengan agenda memilih Komite Pemilihan dan Komite Banding pereode 2011-2015 di Hotel Premiere, Pekanbaru, Riau, Sabtu (26/3), dari awal kelihatan memang tidak beres.
Salah satu indikasinya soalnya banyaknya pemilik hak suara yang sah tidak mendapat ID Card atau kartu tanda pengenal. Ada indikasi dengan banyaknya peserta yang tidak memiliki ID Card, berarti mereka kehilangan hak suara mereka.
“Ini kan namanya tidak benar. Saya memiliki hak suara yang sah dan pemilik klub, masak saya tidak memiliki ID Card. Mereka (PSSI-red) pintar kalau saya tidak memiliki ID Card berarti tidak boleh masuk. Dengan demikian hak suara bisa hilang,” protes H. Imron, pmilik Klub PS Bangkalan.
Sekretaris Umum (Sekum) Persik Kediri, Barnadi mengatakan, penyebab absennya sejumlah pemilik suara sah PSSI antara lain, karena faktor kesalahan ID card dan undangan.
"Kongres berjalan lancar. Hanya saja, persoalan yang sangat krusial adalah ID card yang tidak muncul. Banyak alamat di dalam undangan yang salah. Seperti Arema Indonesia, undangan tertuju kepada Ketua Panitia Pelaksana Pertandingan (Panpel)," tutur Barnadi.
Indikasi lain kecurangan dan ketidakprofesionalnya PSSI menggelar Kongres juga terjadi pada lapisan kuli tinta alias wartawan. Bahkan, setiba di Hotel Aryaduta, sebagai home base panitia pusat dari PSSI, dua wartawan senior asal Jakarta, Yesayas Oktavianus, wartawan Kompas dan Redaktur Pelaksana Koran Pro Rakyat Joko Hambardin, awalnya memberikan foto msaing-masing kepada Hmas PSSI Tubagus Adhi.
“Harus pakai foto, kalau tidak ID Card tidak sah. Oke, besok (Sabtu sore, 26/3), tepat sebelum Kongres PSSI digelar ID Card bisa diambail di Hotel Premiere. Tapi, saya tidak janji karena tinggal 12 ID Card lagi,” ujar Tubagus Adhi setelah menerima foto Yesayas dan Joko.
Kemudian besoknya, Sabtu (26/3) siang, dua wartawan senior tersebut yang didampingi Pemimpin Redaksi Koran Pro Rakyat Tomy R. Arief pun mendatangi Tubagus Adhi, menanyakan perihal ID Card, sudah jadi atau belum.
“Maaf ID Card-nya sudah habis. Kalian terlambat. Apalagi, beberapa hari yang lalu kami sudah umumkan di Jakarta. Jadi, saya tidak bisa upayakan lagi karena ID Card terbatas hanya 100,” jelas Tubagus.
Mendengar penjelasan tersebut Yesayas pun naik pitam dan tidak bisa menerima penjelasan sepihak yang diberikan Tubagus Adhi yang nota benenya orang PSSI.
“Kapan kau kasih deadline soal pengurusan ID Card wartawan. Gak ada kan kasih tahu kan. Masak ID Card wartawan saja kau batasi. Ngurus dua ID Card saja kau tidak bisa. Memang kerju apa saja? Ini kan gak benar,” ujar Yesayas dengan nada tinggi kepada Tubagus.
“Ini namanya tidak benar. Masak seenaknya saya bikin aturan dan membatasi wartawan yang ingin meliput langsung. Awalnya, saya cuma mengetes saja untuk mengurus ID Card. Eh ternyata, PSSI memang bobrok. Ngurus ID Card saja tidak becus,” kata Yesayas.
Suasana pun makin tegang dan mereka saling perang mulut. Akhirnya, agar susasana tidak semakin tegang dua wartawan Koran Pro Rakyat Tomy dan Joko Hambardin mengajak Yesayas meninggalkn Hotel Premiere. Jok