PSSI masih belum menemukan solusi untuk menyelesaikan sengketa dengan mantan pelatih Timnas Alfred Riedl. Persoalan berlarut meskipun pertemuan telah dilakukan pada 28 Juli, di The Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta.
Sekretaris Jenderal PSSI Tri Goestoro menganggap mantan pelatih yang membawa Indonesia ke Final Piala AFF 2010 itu tak mempunyai itikad baik menyelesaikan konflik kontrak kerjanya dengan PSSI.
"Riedl sebenarnya sudah kami tunggu (untuk bertemu) lagi. Setelah kami cek, ternyata dia sudah pulang ke Austria. Jadi, siapa yang nggak punya itikad baik," tegas Tri di kantor PSSI, Jumat (12/8).
Konflik PSSI-Riedl diawali saat PSSI memutus kontrak Riedl secara sepihak, 13 Juli. Saat itu, kepengurusan baru PSSI menilai kontrak Riedl bersifat ‘person to person’ bukan dengan PSSI. Kontrak itu dilakukan antara mantan Ketua BTN (Badan Tim Nasional) Nirwan Bakrie dengan Riedl.
Jika merujuk pada kontrak, PSSI harus menyelesaikan sisa gaji Riedl yang belum dibayarkan hingga selesai masa kontraknya, berserta nilai kompensasi. Jumlahnya lebih dari 1,5 miliar rupiah.
PSSI juga sempat menawarkan posisi lain bagi Riedl, yakni Direktur Teknik. Namun, Riedl menolaknya. Dia tetap ingin menjadi pelatih Timnas. Namun, keinginan Riedl bertepuk sebelah tangan. Sebab, PSSI telah menunjuk pelatih baru, Wim Rijsbergen, yang sebelumnya melatih PSM Makassar yang berlaga di LPI.
Riedl lantas melaporkan permasalahan ini ke induk tertinggi sepakbola dunia, FIFA. Namun, Tri tidak mempermasalahkan hal itu. Sebab, jika Riedl melapor ke FIFA, maka PSSI memiliki hak untuk memberi klarifikasi.
Tri, yang juga pernah menjabat Sekjen PSSI periode 1999-2003, menegaskan jika nantinya FIFA mewajibkan PSSI menyelesaikan kompensasi yang dituntut Riedl, maka PSSI tidak akan membuang badan, dan siap memenuhi tanggung jawab tersebut. PO/Ary