GUNA menindak pengurus PSSI yang ‘mbalelo’ dan keluar dari rel organisasi. PSSI membentuk Komite Etik. Badan ini pun juga berjanji akan bersikap independen dalam menindaklanjuti setiap permasalahan yang ada baik di internal PSSI maupun di luar PSSI yang berkaitan dengan persepakbolaan Indonesia.Hal itu disampaikan oleh Ketua Komite Etik PSSI, Todung Mulya Lubis seusai rapat perdana Komite Etik di Hotel Atlet Century, Selasa (1/11).
“Ini rapat pertama. Ini sendiri satu langkah yang besar bagi kami. Kami akan tetap independen. Yang salah adalah salah, dan yang benar adalah benar,” ujar Todung Mulya Lubis. Komite Etik berjanji dengan segera akan menindaklanjuti setiap permasalahan yang ada, terlebih adanya dualisme yang berujung kepada perpecahan di tubuh PSSI.
“Komite Etik akan mengkaji masalah ini dan akan menyelesaikannya dalam waktu yang tepat,” ujarnya. Akan tetapi, Todung belum bisa berbicara dengan tegas siapa yang akan ditindaklanjuti saat disinggung adanya beberapa angota Komite Eksekutif (Exco) PSSI yang dinilai mbalelo. “Terlalu prematur kalau bicara itu. Saat ini kita berpacu dengan waktu, akan tetapi kita tidak sembrono dalam menindaklanjuti. Tapi percayalah kita akan menindak dengan cepat,” pungkasnya.
Seperti diketahui, di tubuh pengurus PSSI tengah terjadi perpecahan. Empat orang anggota Exco yaitu La Nyalla Matalitti, Erwin Dwi Budiman, Roberto Rouw, dan Toni Apriani secara terus terang melawan arus dan menentang kebijakan yang dibuat pengurus PSSI.
Mereka bahkan menilai PSSI telah banyak melanggar statuta terkait digelarnya kompetisi Indonesia Premier League (IPL), baik jumlah peserta 24 klub, dihapuskan status sanksi dua klub Persibo dan Persema yang diampuni oleh pengurus PSSI, padahal jelas mereka dijatuhi sanksi dalam Kongres PSSI. Terakhir tentang penunjukkan PT Liga Prima Indonesia Sportindo sebagai pelaksana kompetisi. Padahal dalam Kongres Bali sudah ditetapkan bahwa pelaksana kompetisi adalah PT Liga Indonesia. Jordan