Sporty Magazine official website | Members area : Register | Sign in

Japfa & Percasi Duta Pariwisata Indonesia

Jumat, 27 April 2012

Share this history on :


USAI sudah ajang perhelatan Japfa Chess Festival ke-7 2012 yang digelar di Hotel Atlet Century dan Wisma Serbaguna di Komplek Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta pada 15-20 April lalu. Dan juaranya pun sudah kita ketahui. Dua nomor bergengsi adalah Women Internasional diraih WGM Anna Burtasova (Rusia) dan kelas Senior Putra digenggam MI Tirta Chandra Purnama.

Turnamen tahunan yang memasuki pelaksanaan ketujuh itu, berkat kerjasama antara perusahaan makanan siap saji PT Japfa Compeed dengan PB Percasi. Turnamen ini menjadi idola para pecatur lokal, nasional maupu internasional. Bukan hanya dari segi hadiah yang menggiurkan, sebab dalam setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan yang signifikan. Namun dari segi sistem poin masuk dalam hitungan PB Percasi dan FIDE.

Sejak diadakannya nomor bergengsi baik nomor Putra Internasional maupun Putri Internasional. Japfa Chess Festival (JCF), pamornya meningkat. Terutama gengsi para pecatur yang tampil di di dua nomor tersebut. Kendati pantia pelaksana silih berganti menampilkan partai tersebut. Dua tahun terakhir yang dimainkan adalah partai Putri Internasional (Women Internasional). Sebab PB Percasi ingin memiliki pecatur wanita yang tangguh, utamanya mereka diproyeksikan menjadi Grand Master Wanita (GMW).

Sejak PB Percasi berdiri pada 17 Agustus 1950 Indonesia hanya memiliki GMW Irene Kharisma Sukandar. Pencapaian gelar itu pun butuh waktu lama sekitar hampir 60 tahun. Irene diperkirakan baru menyandang gelar sekitar 3 tahun. Pasca Irene belum ada pecatur putri lainnyan. Usaha dan kerja keras Percasi belum tercapai. Kendati MIW Chelsie Monica Sihite, MIW Medina Warda Aulia, dan MN Yemi Jelsen sebagai pengganti Dewi Citra yang gagal tampil karena sakit. Mereka sudah diberikan kesempatan untuk mencuri poin dari pecatur asing yang elo ratingnya lebih tinggi, namun gagal. Medina memang sudah mencapai sekali norm GMWnya, artinya dia butuh dua norm lagi untuk menyandang GMW. Andai Medina berhasil meraih point 7,5 di JCF itu, secara otomatis dia tinggal sekali lagi meraih norm untuk resmi menyandang gelar WGM dan akan menjadi wanita kedua Indonesia.

Krisis prestasi pecatur wanita Indonesia memang tak terlepas dari minimnya pecatur stok wanita dibandingkan kaum pria. Namun sebenarnya upaya PB Percasi tidak jalan di tempat, mereka terus ber upaya untuk mengangkat prestasi kaum Hawa itu. Mulai dari pembentukan The Dream Team Girls, yang bermaterikan Medina, Chelsei, dan Dewi Citra. Sampai menyiapkan beberapa turnamen bergenggsi bagi mereka. Namun harus diakui proses itu memerlukan waktu yang panjang dan biaya yang sangat besar.

Ketiga Srikandi ini memang gagal menjadi yang terbaik di negeri sendiri, namun masa depan mereka masih panjang sebab usia ketiga pecatur ini tak lebih dari 20 tahun. Sehingga masih punya waktu panjang untuk mempersiapkan mereka kedepannya. Pujian datang dari Menpora Andi Alvian Mallarangeng saat membuka turnamen Japfa tersebut. Beliau mengatakan prestasi catur Indonesia tak pernah berhenti Bak Air menggalir.Pujian kusus dialamatkan pada pecatur wanita, sebab usia yang masih tergolong junior namun sudah memiliki prestasi senoir. Bahkan berani menantang para pecatur top mancanegara.

Ya, Japfa Chess Festival memang ajang untuk mencari point, untuk menggejar elo rating. Upaya mendatangkan pecatur top wanita dari mancanegara, yang memiliki elorating tinggi, disamping penampilan menarik bak seleberiti kerab hadir di turnamen ini. Yang paling anyar adalah tampilnya pecatur cantik asal Armenia Evgeniya Doluhonova. Doluhanova memang feminim dan cantik, wajahnya mengingkatkan kita akan seleberiti dari Famili Ashari. adalah Sarah Ashari. Setiap ia tampil para penonton dan peserta selalu terkesima dan terpesona melihat paras wajahnya. Tak salah memang PB Percasi selalu menampilkan pecatur wanita yang mempunyai nilai lebih, disamping punya prestasi namun wajah dan body yang membuat masyarakat tak bakal melewatinya.
Turnamen JCF ibarat sebuah menu siap saji ala produk Japfa, untuk menarik selera tentunya menunya harus berbeda dan mempunyai dana pikat yang menggairahkan. Sehingga dalam pelaksanaannya selalu menampilkan silih berganti para Srikandi catur top dunia namun tetap tak lepas dari paras wajah cantik dan seksi.

Kedatangan para pecatur wanita mancanegara itu dapat dimanfaatkan sebagai ajang penyebaran informasi tentang Indonesia. Secara tidak langsung tentunya Turnamen JCF menjadi ajang sosialisasi dan publikasi tentang budaya dan pariwisata Indonesia. Jelas mereka yang tampil JCF, dipastikan akan menikmati dan menyaksikan secara langsung objek-objek pariwisata di tanah air. Nah dari informasi pecatur inilah yang telah menikmati akan keindahan Pulau Bali, Taman Mini, Taman Impian Ancol dan beberapa objek wisata lainnya. Membuat Indonesia lebih dikenal dan rasa penasaran para turis asing. Kendati Pariwisata Indionesia sudah lebih dahulu dikenal. Sehingga kenyataan akan dibalik bukan para pecatur wanita yang tampil berlomba-lomba untuk diundang menjadi peserta JCF, Namun mereka berlomba tampil atas biaya sendiri.Karena rasa penasaran tentang Indonesia. Bukan mendapat fasilitas dari panitia.

Sementara saat ini yang harus menjadi perhatian dan Pekerjaan Rumah (PR) Percasi adalah adanya permainan sabun (kong kalikong). Bukan hanya di sebuah turnamen kelas di JCF namun sekelas turnamen kecil lainnya seperti ajang Telkom di Bandung baru-baru ini. Permainan ini menurut pelatih Tim Putri Catur PON Kaltim, A Said agaknya sudah menjadi akar budaya pecatur Indonesia. Yang lebih parah dan konyol menurutnya dilakukan oleh para pecatur papan atas Indonesia, terutama untuk putra. Menurutnya kalau ini kerab dilakukan pecatur daerah tak bakal bisa menyodok dan menjadi juara.

Sebab pecatur daerah sudah diganjal oleh sekelompok pecatur elit. Kalau pun yang satu gagal menghadang, yang lain siap menerkam, lalu setelah itu terjadi praktek kotor pemberian poin bagi kelompoknya untuk menggagalkan pecatur lain menjadi juara. Ia menyatakan kejadian-kejadian seperti ini kerab terjadi di babak-babak akhir. Sering terjadi, partai baru berlangsung sekitar 15-20 langkah kedua pecatur sudah sepakat remis, namun anehnya jika lawan diluar kelompok tersebut akan terus fight hingga ditentukan siapa yang terbaik. Memang agak susah untuk membedakan mana partai yang mencari aman dan partai yang mengharuskan menjadi penentu sang juara.

Menurut salah satu wasit Percasi yang namanya enggan disebut menyatakan bahwa partai terakhir menjadi sangat krusial bagi para pecatur, sangat jarang seorang pecatur mau main api (Gambling), mereka lebih memilih main aman, artinya bermain remis jika disepakati lawanya. Cara seperti itu menurut wasit itu sah-sah aja. Namun menurut AS pelatih Kaltim itu hanya pecatur Indonesia yang mau berbuat seperti itu. Pecatur Vietnam dan Filipina sangat jarang melakukan tindakan seperti itu. Mereka lebih kesatria, kalah atau menang soal nanti, yang pentig partai tetap berlangsung secara fight.

Ada benar kedua pernyataan itu, namun sejujurnya adalah sportivitas adalah warisan budaya olahraga Indonesia. Pernyataan ini kerap disampaikan mantan Ketum KONI Pusat Wismoyo Arismunandar saat beliau memberikan semangat kepada kita. Semoga semangat bertanding jiwa kesatria dan sikap sportif atlet Indonesia terus berlanjut. Bravo Japfa dan Percasi. Sukses buat kita semua. Joko Hambardan (Jordan)
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : wartaolahraga@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...