Sporty Magazine official website | Members area : Register | Sign in

Japfa & Percasi Layak Dinobatkan Menjadi Duta Pariwisata (2)

Jumat, 27 April 2012

Share this history on :


Turnamen JCF itu ibarat sebuah menu siap saji ala produk Japfa, untuk menarik selera tentunya menunya harus berbeda dan mempunyai dana pikat yang menggairahkan. Sehingga dalam pelaksanaannya selalu menampilkan silih berganti para Srikandi catur top dunia namun tetap tak lepas dari paras wajah cantik dan seksi.

Kedatangan para pecatur wanita mancanegara itu dapat dimanfaatkan sebagai ajang penyebaran informasi tentang Indonesia. Secara tidak langsung tentunya Turnamen JCF menjadi ajang sosialisasi dan publikasi tentang budaya dan pariwisata Indonesia. Jelas mereka yang tampil JCF, dipastikan akan menikmati dan menyaksikan secara langsung objek-objek pariwisata di tanah air. Nah dari informasi pecatur inilah yang telah menikmati akan keindahan Pulau Bali, Taman Mini, Taman Impian Ancol dan beberapa objek wisata lainnya. Membuat Indonesia lebih dikenal dan rasa penasaran para turis asing. Kendati Pariwisata Indionesia sudah lebih dahulu dikenal. Sehingga kenyataan akan dibalik bukan para pecatur wanita yang tampil berlomba-lomba untuk diundang menjadi peserta JCF, Namun mereka berlomba tampil atas biaya sendiri.Karena rasa penasaran tentang Indonesia. Bukan mendapat fasilitas dari panitia.

Sementara saat ini yang harus menjadi perhatian dan Pekerjaan Rumah (PR) Percasi adalah adanya permainan sabun (kong kalikong). Bukan hanya di sebuah turnamen kelas di JCF namun sekelas turnamen kecil lainnya seperti ajang Telkom di Bandung baru-baru ini. Permainan ini menurut pelatih Tim Putri Catur PON Kaltim, A Said agaknya sudah menjadi akar budaya pecatur Indonesia. Yang lebih parah dan konyol menurutnya dilakukan oleh para pecatur papan atas Indonesia, terutama untuk putra. Menurutnya kalau ini kerab dilakukan pecatur daerah tak bakal bisa menyodok dan menjadi juara.

Sebab pecatur daerah sudah diganjal oleh sekelompok pecatur elit. Kalau pun yang satu gagal menghadang, yang lain siap menerkam, lalu setelah itu terjadi praktek kotor pemberian poin bagi kelompoknya untuk menggagalkan pecatur lain menjadi juara. Ia menyatakan kejadian-kejadian seperti ini kerab terjadi di babak-babak akhir. Sering terjadi, partai baru berlangsung sekitar 15-20 langkah kedua pecatur sudah sepakat remis, namun anehnya jika lawan diluar kelompok tersebut akan terus fight hingga ditentukan siapa yang terbaik. Memang agak susah untuk membedakan mana partai yang mencari aman dan partai yang mengharuskan menjadi penentu sang juara.

Menurut salah satu wasit Percasi yang namanya enggan disebut menyatakan bahwa partai terakhir menjadi sangat krusial bagi para pecatur, sangat jarang seorang pecatur mau main api (Gambling), mereka lebih memilih main aman, artinya bermain remis jika disepakati lawanya. Cara seperti itu menurut wasit itu sah-sah aja. Namun menurut AS pelatih Kaltim itu hanya pecatur Indonesia yang mau berbuat seperti itu. Pecatur Vietnam dan Filipina sangat jarang melakukan tindakan seperti itu. Mereka lebih kesatria, kalah atau menang soal nanti, yang pentig partai tetap berlangsung secara fight.

Ada benar kedua pernyataan itu, namun sejujurnya adalah sportivitas adalah warisan budaya olahraga Indonesia. Pernyataan ini kerap disampaikan mantan Ketum KONI Pusat Wismoyo Arismunandar saat beliau memberikan semangat kepada kita. Semoga semangat bertanding jiwa kesatria dan sikap sportif atlet Indonesia terus berlanjut. Bravo Japfa dan Percasi. Sukses buat kita semua. Joko Hambardan (Jordan)
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : wartaolahraga@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...