Sporty Magazine official website | Members area : Register | Sign in

Edisi Kumis Tanpa Ketum KOI

Kamis, 15 Januari 2015

Share this history on :
KEMENPORA kembali menggelar Diskusi Kamisan (Kumis) kali ini menghadirkan Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Djoko Pekik bersama Ketua Satlak PRIMA Suwarno dan pengamat olahraga Fritz Simanjuntak di Media Center Kemenpora, Jakarta, Kamis (15/1).

Diskusi diawali dari paparan, Djoko Pekik yang menyatakan minimnya jumlah pelatih yang saat ini menjadi salah satu permasalahan untuk olahraga di Indonesia. “Tidak sebanding dengan hanya perbandingan 11 persen, ini sangat miris sekali. Kalau ingin meraih hasil maksimal, kita harus meningkatkan jumlah pelatih yang berkompeten untuk menangani atlet ajang internasonal," kata Djoko.

Sementara Ketua Satlak PRIMA Suwarno menyoroti masalahg mekanisme penanganan atlet elit nasional. Menurutnya untuk mendapatkan olahraga prestasi, ada tujuh komponen yang harus dipenuhi yaitu: kebijakan, kelembagaan, sarana dan prasarana, pembinaan, kompetisi, pembinaan pelaku olahraga dan yang terakhir mengenai anggaran.

"Kebijakannya selama ini sudah benar namun pada implementasinya masih belum pas dan masih bersifat Ad Hoc. Mengenai kelembagaan yang perlu dilihat apakah lembaga tersebut dapat menjalankan tugas secara efisien. Sementara sarana dan prasarana bisa dilihat pada tahun 2013 sarana di Indonesia bermasalah dan berantakan, itu menimbulkan imbas pada tahun 2014 yang gagal memberikan fasilitas-fasilitas kepada atlet,” ujarnya.

Masih menurut Suwarno bahwa masa persiapan seharusnya para atlet mengikuti program pembinaan jangka panjang. Agar persiapannya lebih matang sewaktu mengikuti event. “Begitu juga dengan kompetisi yang berkualitas ditambah dengan pembinaan pelaku olahraga. Indonesia harus mempunyai pelatih-pelatih yang bagus agar berdampak pada pematangan persiapan atlet. Dan yang terakhir adalah mengenai anggaran, sejauh ini sudah ada APBNP yang bisa menambah anggaran untuk olahraga," kata pria yang juga Wakil Ketum KONI Pusat itu.


Dalam kesempatan yang sama pengamat dan bisnis olahraga Fritz Simanjuntak menilai sangat naïf rasanya kalau dalam pelaksanaan Asian Games 2018 menggunakan bangunan yang sudah bediri 60 tahun lalu.

”Rasanya sangat memalukan kalau kita tetap memaksakan memakai bangun yang sudah berusia hampir 60 tahun. Inilah lah kelemahan kita, sebab kita tak memiliki sport centre yang dilengkapi sport science dan Rumah Sakit bagi atlet. Padahal Tiongkok dan Korea sudah memiliki sport centre lebih dari satu,” kata Fritz mantan Kepala Bidang Bisnis Olahraga KONI Pusat di kepengurusan era Wismoyo Arismunandar. Diskusi Kamisan kali ini urung menghadirkan Ketum KOI Rita Subowo, sebab beliau masih sibuk dengan persiapan pelaksanaan persiapan Asian Games 2018. Diskusi pun hanya dihadiri beberapa wartawan. (Jordan)



Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : wartaolahraga@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...