Panitia memberlakukan bahwa untuk tim yang berhasil menang dalam waktu 1x35 menit akan mendapatkan nilai tiga, sementara menang di babak adu penalti akan mendapatkan poin satu, dan yang kalah tidak mendapatkan poin.
Para peserta mengaku sangat antusias dengan adanya ajang ini. Terlebih, bagi klub JMFC yang sejatinya kehilangan wadah kompetisi amatir, setelah Liga Nusantara pada musim ini batal digelar. Itu tidak terlepas dari adanya konflik antara PSSI dan Kemenpora.
"Saya berharap tim kami yang terdiri dari pemain muda dan senior di level amatir bisa memiliki jam terbang yang lebih banyak dengan adanya event ini. Mudah-mudahan setelah Trofeo ini, bisa mengilhami PSSI dan Pemerintah bahwa klub amatir juga butuh wadah untuk kompetisi, serta sepakbola Indonesia menjadi lebih baik lagi," kata Heru Pujihartono, Presiden Klub JMFC.
Tidak adanya kompetisi di level amatir juga dikeluhkan pelatih JMFC, Supriyanto. "Kami beruntung dengan adanya Trofeo ini. Sebelumnya saat persiapan kompetisi kami bisa berlatih empat kali seminggu, tapi setelah dipastikan tidak ada kompetisi durasi latihan otomatis jadi berkurang," ujarnya.
Sementara itu, tim SIWO PWI Jaya juga menjadikan ajang ini sebagai bagian dari persiapan mereka menuju Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) 2016 di Jawa Barat. "Kami main lepas saja, semoga bisa mengimbangi dua tim lainnya," ucap Toni Bramantoro, manajer tim SIWO PWI Jaya.
Di pihak Referee United yang diperkuat wasit-wasit dari Indonesia Super League memiliki misi tersendiri dalam turnamen ini. "Kami ingin menunjukkan bisa fair-play tidak hanya dalam memimpin pertandingan, tapi juga sebagai pemain. Melalui Trofeo ini kami ingin menunjukkan bahwa kami masih eksis," tutur Suharto, perwakilan tim Referee United. (Jordan)