Sporty Magazine official website | Members area : Register | Sign in

12 Cabor TC di Luar Negeri

Sabtu, 05 November 2016

Share this history on :
AKIBAT tidak adanya fasilitas pendukung. Sehingga 12 cabor terpaksa harus melakukan training camp di luar negeri. Menurut Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) Achmad Soetjipto, langkah ini dilakukan sebab ke-12 cabang olahraga belum memiliki sentra latihan di tanah air yang memenuhi syarat.

"Hingga kini banyak sentra latihan kita yang belum memiliki lingkungan keunggulan (High Perfomance Enviroment). Artinya lingkungan keunggulannya belum terbentuk. Makanya training camp itu penting bagi cabang olahraga," kata Soetjipto di kantornya.

Cabang akuatik akan berlatih di Australia, atletik ke Kenya, tinju ke Kuba atau Uzbekistan, equestrian ke Jerman, anggar ke Eropa Timur, judo ke Korea, taekwondo ke Korea, ski air ke Amerika Serikat. Lainnya, wushu ke China, karate ke Jepang dan Turki, angkat besi ke Afrika Selatan dan sepeda ke Australia.

"Tapi kembali lagi ini sifatnya masih perencanaan. Bisa saja saat pelaksanaan berubah. Seperti cabang tinju awalnya itu akan ke Kuba, tetapi ada pilihan lain ke Uzbekistan. Jadi kami selalu komunikasi dengan PB cabor untuk hal ini," kata Pak Tjip -- sapaan Soetjipto. Dalam menentukan tempat untuk lokasi training camp, disebut Soetjipto, semua atas koordinasi dengan induk cabang olahraganya. Satlak Prima sifatnya hanya memfasilitasi.

"Tapi memang ada beberapa yang kami dorong (untuk training camp). Sebab, ada cabang yang sampai detik-detik terakhir belum punya tujuan training camp. Nah ini yang kami dorong, kami bantu fasilitasi untuk bersama-sama mendapatkan," kata dia. Hal ini, kata soetjipto, sekaligus menampik anggapan sejumlah pihak yang menyebut Satlak Prima cenderung memutuskan sepihak, khususnya dalam menentukan atlet pelatnas yang masuk binaan Satlak Prima.

"Jadi PB-PB bersama kita melihat potensi setiap atlet untuk menentukan indikasi awal perolehan medali. Indikasi awal ini penting kita ketahui sebagai basis perencanaan perfoma dalam menyusun rancangan-rancangan 2017. Jangan sampai kita melatih atlet yang salah karena ini investasi dalam jumlah yang besar dan harus dipertanggungjawabkan," katanya.

"Tentu dengan akuntabilitas yang jelas baik dari efisiensi anggaran maupun output-nya adalah medali.
"Jadi tidak benar kalau ada kemudian pihak-pihak yang kemudian PB tidak dilibatkan karena ini bottom up. PB tentu tidak diwakili ketua umumnya, tetapi representatif PB-nya yang selalu berhubungan dengan kita."

Anggaran Satlak Prima untuk 2017 sejatinya sudah digetok sebesar Rp 500 miliar. Jumlah itu dinilai Soetjipto mencukupi kebutuhan atletnya selama 2017. Hanya memang timnya harus lebih efisien dalam menggunakan anggaran yang ada.

"Agar efisien tentu harus prioritas. Agar efisien dan prioritas harus didukung high perfomance manajemen yang bagus, good governance. Tujuan akhir kita itu hanya dua: performance yang bagus dalam bentuk medali, serta tercapainya akuntabilitas keuangan dan administrasi keuangan. Karena kita paham betul, uang itu bukan tidak terbatas. Tetapi uang itu terbatas sehingga harus dimanfaatkan semaksimal mungkin," tandas mantan KSAL ini. (dtc/Raf)
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : wartaolahraga@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...