Sporty Magazine official website | Members area : Register | Sign in

Ketua LADI:Kasus Doping, Perlu Proses dan Mekanisme

Minggu, 22 Januari 2017

Share this history on :
JIKA atlet mengkonsumsi obat yang dipakai untuk menghilangkan rasa nyeri atau pegal-pegal. Lalu setelah adanya pemeriksaaan tes doping, dan terindikasi memakai obat yang masuk dalam daftar doping. Proses itu bukan hukuman atau pengadilan. Tapi sebuah temuan yang harus diteruskan ke badan bersangkutan. Hanya saja atlet yang diidentivikasi sudah trauma lebih dulu karena pemberitaannya langsung terekspos melalui media secara gamblang.

Lalu mekanisme yang sebenarnya harus dipahami bagi awak media. Seperti apa sebenarnya proses dari pemeriksaan hingga melahir sebuag keputusan bagi si pemakai (atlet). Itulah inti dari diskusi yang digagas Seksi Wartawan Olahraga Indonesia dengan beberapa cabang olahraga yang dihadiri perwakilan dari KOI dan KONI Pusat.

Diskusi ini berangkat dari kasus doping yang menjerat 14 atlet di PON XIX 2016 Jabar harus bijaksana. Tidak boleh tebang pilih dan membuat atlet malah memvonis si atlet sebagai 'terdakwa'. Padahal atlet yang terindikasi doping tersebut belum tentu tahu atau sengaja menenggak zat-zat yang terlarang dalam olahraga.

"Peran pelatih dan ofisial tim sangat penting. Pun ketua umum induk cabang olahraga. Mereka harus paham tentang zat-zat yang boleh atau tidak dikonsumsi oleh atletnya. Jadi pentingnya edukasi soal doping," demikian ditegaskan Ketua LADI dr Zaeni Kadafi Saragih dalam diskusi SIWO PWI Pusat yang bertema "Kasus Doping PON XIX/2016 Peringatan Keras Dalam Meraih Sukses di Asian Games XVIII/2018, Kamis (19/1).

"Tugas utama LADI pada edukasi dan sosialisasi. Ke depan kami akan kembangkan sesuai perkembangan zaman. Banyak pihak yang harus dirangkul dan butuh koordinasi dengan KONI, sehingga semua orang tahu tentang doping," kata Ketua LADI dr Zaeni Saragih. Dia akui tenaga LADI sangat terbatas. Tapi Zaeni bertekad akan kencang melakukan edukasi dan sosialisasi soal doping harus digencarkan. "Kita harus perang terhadap doping," tandasnya.

Diskusi yang dimoderatori oleh Tubagus Adi yang juga Wapemred Poros Jakarta, itu berharap Indonesia bukan hanya sukses penyelenggaraan Asian Games 2018 dan prestasi. Tapi, juga sukses zero doping terutama bagi kontingen Indonesia di negeri sendiri.

Tubagus Adi mengatakan, LADI atau Lembaga Anti Doping Indonesia harus melakukan sosialisasi. Tapi persoalannya LADI baru 'bangun' setelah dihukum oleh WADA. Menurutnya LADI harus punya power kedepan, sehingga atlet-atlet Indonesia terbebas dari doping.


Sementara itu, Kabid Binaraga Irwan Alwi mengatakan PABBSI tidak akan mentolerir atletnya yang sengaja terjerat doping di PON XIX/2016. Tapi sejauh ini menurutnya baru terindikasi belum terbukti bersalah. "Atlet harus diberikan ruang untuk melakulan pembelaan, karena mereka telah berjuang keras untuk mencapai prestasi. Bisa saja lantaran ketidaktahuan mereka," tutur Irwan.

Hadir juga mantan pemanah Indonesia yang pernah tampil di ajang Olimpiade 1976, yakni dr Leane Suniar yang mewakili KOI berharap LADI berperan aktif menjemput bola. Secara umum menurutnya atlet hanya jadi korban. Ia mencontohkan karena ketidaktahuan, atlet menggunakan obat tradisional seperti jamu-jamuan atau suplemen. Jordan
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : wartaolahraga@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...