Indonesia, sebagai tuan rumah menargetkan finis 10 besar. Alias, 2,5 lipat dibanding pada Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan. Target realistis yang dicanangkan pemerintah, badan penyelenggara, menpora dan lembaga lainnya yang terkait.
Menurut Ketua Umum KONI Pusat Tono Suratman bahwa target tersebut realistis. Menurutnya, dukungan dari ratusan rakyat Indonesia akan memotivasi atlet untuk mempersembahkan yang terbaik demi harkat dan martabat bangsa.
“Dapat tercapai, tembus 10 besar dengan syarat kita mampu meraih 14-16 emas. Untuk itu, semua elemen di negeri ini harus mengawal target tersebut. Termasuk, dari KONI,” kata Tono dalam jumpa pers dengan pengurus KONI Pusat dan perwakilan cabang olahraga di Kantor KONI, Jakarta Pusat, Kamis (7/6).
Dalam sejarah, pencapaian terbaik Indonesia di Asian Games terjadi pada edisi 1962 ketika jadi tuan rumah. Saat itu, Merah-Putih meraih 11 emas yang berujung runner-up di bawah Jepang (73).
Sementara, dalam tiga edisi terakhir, Indonesia mengoleksi 10 emas. Rinciannya, di Doha pada 2006 dengan dua emas, Guangzhou (2010) empat emas, dan Incheon (2014) empat emas.
“KONI akan membentuk tim yang akan mengawasi dan mendampingi semua cabang olahraga yang turun di Asian Games 2018. Program ini sesuai dengan tugas dan fungsi KONI sebagai induk organisasi cabang olahraga di Indonesia.”
Menyinggung soal cabang olahraga yang paling diunggulkan, Tono menilai, mayoritas punya potensi. Namun, pria 65 tahun ini mengakui, pencak silat sebagai olahraga asli Indonesia berpeluang mendulang banyak emas.
“Pencak Silat, kemungkinan besar. Setelah itu, bulu tangkis juga. Yang pasti, dalam sisa waktu ini kita maksimalkan kinerja atlet demi mewujudkan sukses prestasi,” ujarnya optimistis. Jordan