Ket Foto:Delapan dari sembilan Cakatum menyatakan sikap PSSI Baru Menuju Perubahan. Kedelapan itu adalah Fary Djemy Francis, Vijaya Fitriyasa, Yesayas O, Rahim S, Arief PW, Aven Hinelo, Benny Erwin, Sarman El Hakim. Sementara Bernard Limbong urung hadir, karena sibuk.
Sembilan para Cakatum PSSI menilai Kongres PSSI yang bakal digelar di Hotel Sangrilla pada Sabtu (2/11/2019) dinilai banyak kejanggalan. Kongres ini seperti bernuansa akal-akalan. Seolah olah kongres ini milik satu orang Cakatum.
Kejanggalan yang paling menyolok, kata Cakatum Fary Djemy Francis adalah tidak ada sosialisasi tata cara pemilihan di kongres. Lalu tidak ada penyampaian visi dan misi dari para Cakatum ke vouters. Juga tidak ada debat resmi para kontestan sebelum kongres.
"Kongres ini harus berjalan bersih dari money politik. Sehingga menghasilkan kepemimpinan yang betul betul bisa memajukan sepakbola," kata Francis yang didampingi delapan Cakatum lain dalam acara koalisi 9 Cakatum PSSI kepada wartawan di Jakarta, Jumat (1/11/2019). Menurut Francis bahwa kami tetap maju hadir dalam kongres nanti.
Sementara itu menurut Cakatum Vijaya Fitriyasa bahwa tak soal siapun ketuanya. Yang penting kongres ini tidak dirasuki permainan politik uang. "Saya sudah ingatkan kepada calon lain yakni Pak Iwan Bule agar tak kecebur oleh kartel (mafia). Seperti yang terjadi pada Pak Eddy, dimana ditengah jalan digergaji oleh pihak-pihak yang punya kepentingan.
Dalam kesempatan yang sama Rahim Sukasah menyatakan sudah saatnya kongres ini berlangsung jujur. "Jangan seperti kejadian seperti 20 tahun lalu. Yakni permainan politik uang. Saya berharap kongres ini bersih. Harus bebas dari money politik," harap Rahim.
Demikian halnya dengan Arief Wicaksono yang sangat kecewa karena nga dikasih kesempatan untuk penyampaian misi dan visi kepada para vouters. "Jadi bagaimana vouters bisa tau program kita. Saya berharap para vouters jangan salah pilih Ketum baru. Klau bisa pilih mereka yang benar benar berkorban demi sepakbola. Mereka lah nantinya yang akan bertanggung jawab mengenai nasib sepak bola kepada masyarakat," kata Arief.
Akan halnya dengan Yesayas Octavianus mantan wartawan Harian Kompas ini menilai bahwa priotas utama adalah perubahan sepakbola. Pemerintah jangan berlindung dibalik FIFA. Berdirinya PSSI 1930 di solo tanpa adanya bantuan dari pemerintah dan FIFA . FIFA juga jangan berselingkuh dengan para pengurus PSSI terdahulu . Jadi pemerintah jangan terlalu percaya dengan FIFA.
Satu Cakatum lainnya yakni Sarman El Hakim menyatakan revolusi sepakbola Indonesia. Saatnya sepakbola menuju prestasi. Namun tentunya Kepengurusan PSSI yang dipilih benar-benar bersih.
Sementara itu menurut Cakatum lain Benny Erwin menilai adanya kejanggalan kongres PSSI. Yakni mengenai acaranya yang amburadul. Sehari sebelum kongres seyogianya ada rapat Exco. Untuk pengaturan jadwal acara di kongres nanti, sehingga para Cakatum dan calon Exco tau dan bisa menyiapka diri.
Tokoh sepakbola dari Gorontalo yang ikut meramaikan bursa Cakatum PSSi yakni Aven Hinelo menyatakan bahwa kami sudah sepakat dengan statemen hari ini. "Kami bersatu melawan Cakatum lain yakni Komjen Pol Mochamad Iriawan atau yang akrab disapa Iwan Bule. Seandainya kongres terlaksana. Logikanya masak 9 lawan 1, kita kalah," tegas Aven.
Kita berpikir realistis saja, jika kami yang sembilan Cakatum ini, masing-masing bawa lima vouters (9 suara). Kami sudah memperoleh 45 suara. "Itu artinya suara mayoritas sudah kami miliki. Sebab suara vouters hanya ada 84. Sementara kubu seberang hanya memilik 39 suara. Otomatis Tim 9 sebagai Tim Kualisi yang akan memenangkan dan dari kami yang menjadi Ketum PSSI baru periode 2019-2023," tegas Aven. Jordan
Kita berpikir realistis saja, jika kami yang sembilan Cakatum ini, masing-masing bawa lima vouters (9 suara). Kami sudah memperoleh 45 suara. "Itu artinya suara mayoritas sudah kami miliki. Sebab suara vouters hanya ada 84. Sementara kubu seberang hanya memilik 39 suara. Otomatis Tim 9 sebagai Tim Kualisi yang akan memenangkan dan dari kami yang menjadi Ketum PSSI baru periode 2019-2023," tegas Aven. Jordan