“Kebijakan itu sangat luar biasa dan ide yang patut didukung. Sebab tanpa subsidi tersebut diharapakan setiap klub akan mandiri. Dan anggaran APBD itu digunakan untuk kepentingan lainnya yang jauh lebih berguna,” kata Ketua Forkot Kaltim itu kepada Olahragaonline di sela-sela pembukaan catur antar penggali kubur di Kantor DKI Jakarta, di Tanah Abang, Jakarta, Jumat (2/11).
Menurut Rusdi, jika kita hitung-hitung sekitar Rp400 Miliar duit negara dibuang percuma hanya untuk subsidi bagi 33 klub sepakbola. Dimana setiap klub dalam satu musim mendapat Rp12 Miliar. Sementara prestasi Indonesia tak kunjung menghasilkan juara. “Jadi buat apa kita gelontorkan uang sebanyak itu. Tanpa hasil yang diharapkan. Biarkan klub belajar mandiri,” kata pria yang juga menjabat Ketua Bidang Dana dan Usaha Pengrov Percasi Kaltim itu.
Di sisi lain mengapa prestasi sepakbola Indonesia menurun, menurutnya bahwa kebijakan yang dijalankan Djohar Arifin selaku Ketum PSSI banyak menyimpang dan menyalahi aturan. “Seharusnya Djohar mendengarkan masukan dari Pak AP. Bukan melaksanakan keputusan sepihak. Sebab, bagaimana pun Pak AP punya kontribusi dan sumbangsih yang berarti bagi perkembangan sepakbola Indonesia saat ini,” tegas pengusaha batubara di Kepulauan Borneo itu.
Sementara menanggapi dualisme kepepimpinan PSSI saat ini, Rusdi menyatakan kita harus sikapi dengan arif dan bijaksana, dan acuannya adalah AD/ART. “Setiap organisasi mengambil keputusan dan kebijakan berdasarkan AD/ART. Jadi sudah jelas siapa sebenarnya Ketua Umum PSSI yang sah,” tambah pria yang hobby menyanyi itu. (Joko)
